www.aguspakpahan.com

Minggu, 07 Februari 2010

Havelaar Berkata

Havelaar berkata kurang lebih sebagai berikut.

"Tuanku Raden Adipati Bupati Banten Kidul dan sekalian para Raden Demang, yang menjadi kepala distrik di daerah ini, tuan Raden Jaksa, yang bekerja menegakkan keadilan dan tuan Raden Kliwon, yang menjalankan kekuasaan di Ibu Kota, dan sekalian para Raden, Mantri-mantri, serta sekalian kepala-kepala di daerah Banten Kidul, terimalah salam saya.

Saya merasa gembira melihat tuan-tuan berkumpul di sini, mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut saya.

Saya tahu di antara tuan-tuan ada yang unggul dalam ilmu dan kebaikan hati; saya harap pengetahuan saya akan bertambah dengan ilmu tuan-tuan, sebab saya tidak begitu banyak tahu seperti yang saya kehendaki; dan saya suka kebaikan, tapi sering saya merasa, bahwa di dalam hati saya ada kesalahan-kesalahan yang menutupi kebaikan dan menghambat pertumbuhannya, sebab tuan-tuan tahu bagaimana pohon yang besar mendesak yang kecil dan membunuhnya. Sebab itu saya akan memperhatikan orang-orang di antara tuan-tuan yang unggul dalam kebajikan, dalam usaha saya supaya jadi lebih baik dari sekarang.

Terimalah salam takzim saya.

Tatkala Gubernur Jenderal memerintahkan saya untuk datang kepada tuan-tuan menjadi asisten residen di daerah ini, hati saya gembira. Tuan-tuan sekalian tahu, bahwa saya belum pernah menjejak banten Kidul; karena itu saya minta tulisan-tulisan mengenai daerah tuan-tuan, dan saya lihat banyak hal yang baik di Banten Kidul. Rakyat tuan-tuan memiliki sawah-sawah di lembah-lembah, dan ada pula sawah-sawah di gunung-gunung. Dan tuan-tuan ingin hidup damai, dan tuan-tuan tidak suka tinggal di wilayah-wilayah yang ditinggali orang lain. Ya, saya tahu, banyak hal-hal yang baik di Banten Kidul.

Tapi bukan karena itu hati saya gembira, sebab di wilayah lainpun saya akan bisa menemukan banyak hal-hal yang baik.

Tapi saya lihat bahwa rakyat tuan-tuan miskin, dan itulah yang menggembirakan hati nurani saya.

Sebab saya tahu bahwa Allah cinta orang yang miskin, dan bahwa Ia melimpahkan kekayaan kepada orang yang hendak diujiNya, tetapi kepada orang miskin diutusNya orang menyampaikan firmanNya, supaya mereka bangkit dalam kemelaratannya.

Bukan Dia mencurahkan hujan di mana batang layu mengering dan meneteskan embun dalam kelopak bunga kehausan? Bukankah tugas yang mulia dikirim untuk mencari orang-orang yang lelah yang ketinggalan sesudah selesai bekerja dan tersungkur di tepi jalan karena lututnya tak kuat lagi berjalan ke tempat menerima upah? Tidakkah saya akan gembira mengulur tangan kepada orang yang jatuh ke dalam lubang, dan memberi tongkat kepada orang yang mendaki gunung? Tidakkah hati saya akan bergejolak karena terpilih antara yang banyak untuk merobah keluhan menjadi do'a dan ratapan menjadi tasyakur?
Ya, saya amat gembira terpanggil ke Banten Kidul.

Saya berkata kepada wanita yang turut menanggung derita saya dan yang memperbesar bahagia saya: "Bergembiralah, karena kuliah Allah menurunkan sempana di atas kepala anak kita! Dia utus aku ke satu tempat dimana pekerjaan belum selesai, dan Dia anggap aku cakap untuk berada di sana, sebelum panen." Sebab kita bersukacita bukan karena memotong padi; kita bersukacita karena memotong padi yang kita tanam. Dan jiwa manusia bukan tumbuh karena upah, tapi karena kerja yang membikin ia berhak menerima upah.........

Sebab, kepala-kepala negeri Lebak, banyak yang harus dikerjakan di wilayah tuan.

Katakan kepada saya, bukankah si petani miskin? bukankah padi menguning seringkali untuk memberi makan orang yang tidak menanamnya? Bukankah banyak kekeliruan di negeri tuan? Bukankah jumlah anak tuan sedikit?

Tidakkah ada rasa malu dalam jiwa tuan, apabiala orang Bandung yang terletak di Timur sana, mengunjungi daerah tuan dan bertanya: "di manakah desa-desa, dan di manakah petani-petani, dan mengapa tidak kudengar gamelan yang menyatakan kegairahannya dengan mulut tembaga, ataupun bunyi anak-anak gadis tuan menumbuk padi?"

Tidakkah getir untuk berjalan dari sini ke pantai Selatan dan melihat gunung-gunung yang tidak mengandung air pada lereng-lerengnya, atau tanah-tanah datar di mana tidak pernah kerbau menarik bajak?

Ya, ya, ya, saya katakan kepada tuan, bahwa jiwa tuan dan jiwa saya sedih memikirkannya; dan justru itulah sebabnya kita bersyukur kepada Allah, bahwa Ia memberi kita kekuasaan untuk bekerja di sini. ......

Kepala-kepala negeri Lebak, kita sering melakukan kesalahan-kesalahan dan negeri kita miskin, karena kita melakukan banyak kesalahan-kesalahan." ......

(Sumber : Multatuli, "Max Havelaar atau Lelang Kopi Maskapai Dagang Belanda" terjemahan H.B. Jassin, Penerbit Djambatan (2000), cetakan kedelapan, Jakarta: 111-115)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar