www.aguspakpahan.com

Rabu, 10 Februari 2010

Dengan Tebu Kita Bersatu

Di hadapan-Mu Tuhanku yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Aku bersujud memohon ampun dan curahan kasih sayang
Demi tanah air, dan kekayaan alam yang telah kau berikan selama ini telah kusia-siakan.

Aku berlindung dalam keangkuhan dan keramat kekuasaan
Aku berlaku dalam kelicikan dan kemunafikan
Aku melanggengkan kebohongan dan kecurangan
Akhirnya alam memberikan
Hasil keringat tak cukup buat kami makan.
Jadilah kami yang hidup di tanah subur ini tetap nista dan kelaparan
Tuhanku Yang Maha Kuasa kami mohon ampunan.

***

Hari ini kami berkumpul di sini tak terpisah-pisah
Bupati, Direksi, Petani, Karyawan-Karyawati, Peneliti, Pemerhati, Pengusaha, dan Wakil Rakyat tak terbelah-belah.
Walau hati kami resah dan jiwa kami gelisah
Kami tetap mencari secercah berkah dari-Mu melimpah
Ah.... mengapa susah payah dan berkelu kesah?

Karena telah Engkau berikan gerbang kehidupan terbentang luas
Kami taubat tak lagi ingin menjadi makhluk yang maha buas
Kami tak lagi ingin menjadi manusia yang sering khianat dan culas
Kami telah berubah menjadi manusia berapi nurani, berjiwa ksatria dan bekerja keras
Ya... kami yakin dan ikhlas
Untuk tidak berbias dari produktivitas dan kualitas.

***

Tuhanku Yang Maha Tahu, Kau karuniakan kami tanah, air dan tebu
Yang telah memberikan penjajah hasil ekspor nomor satu
Selama ini memang kami sudah beku - kami mengaku.
Walaupun Cak SAKERAH lama sudah memberi tahu
Kami tetap membisu dengan arah tak menentu
Petani, Direksi, Peneliti dan Pengusaha Tebu tak pernah bertemu.
Pemerintah berjalan semu
Rasa curiga dan saling tak percaya sudah menjadi bumbu
Atas nama karunia-Mu ya Tuhanku, kau berikan tebu menjadi jalanku
Sekarang kami sudah bersatu padu bahu membahu
mengolah tanah menanam tebu
mengolah tebu untuk maju, maju dan maju
Masa lalu yang beku dan kaku adalah cerminku
Agar tidak mengulang lagi salahku demi anak cucuku
Ya Tuhanku Yang Maha Tahu, berilah kami perlindungan-Mu
Untuk mengubah nasib kaumku
Dengan Tebu kita bersatu.



Jember, 16 April 2001

Agus Pakpahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar